Puisi ini saya dapatkan dari milis yang mungkin dapat menyadarkan kita bahwa kita hidup tidak sendiri dan kita harus bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita karena masih banyak saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita...
Menyaruk Iba
Sepasang tangan telanjang menyaruk sampah
Sepertinya telah dituntaskan segenap daya
Mengais iba dalam sesak kotor dasar kereta
Berhamburan kesah ikatan sapu lidi hitam
Mengurat tanya uang logam di saku kemeja
Menjadi dekam yang bungkam ragu beranjak
"Setumpuk iba mana yang harus kusapa?"
KRL Ekonomi Depok-Jakarta, 29 sept 2005
Setiyo Bardono
Posting Komentar
Sebelumnya saya mohon maaf apabila dalam tulisan yang saya postingkan telah menyinggung/merugikan orang atau pihak2 lain, saya sendiri tidak bermaksud demikian..
Tuliskan tanggapan anda tentang postingan ini..
Silahkan tuliskan apa saja mengenai postingan ini baik itu pujian, uneg-uneg, kritik, saran, cacian, makian anda pada kotak dibawah ini :